Payahnya Mengurus NPWP Pribadi
|Pajak mungkin sesuatu yang tidak diinginkan bagi kita secara pribadi. Tapi bagi pemerintah, pajak merupakan pendapatan terbesar untuk negara. Ternyata lebih dari 70% pendapatan negara diperoleh dari sektor ini.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan kepada perusahaan maupun pribadi untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Kadang NPWP ini diperlukan sebagai syarat untuk membeli rumah khususnya jika membeli rumah melalui Kredit Perumahan Rakyak (KPR) seperti yang saya alami beberapa hari yang lalu.
Pada awalnya saya beranggapan bahwa mengurus NPWP itu mudah. Untuk lebih mempermudah proses pembuatan NPWP, saya melakukan e-registrasi di situs Dirjen Pajak melalui internet, dengan tujuan agar di Kantor Pajak tidak perlu mengisi formulir lagi.
Tercatat hari Selasa (24/6) proses registrasi lewat situs Dirjen Pajak telah selesai. Dari proses registrasi ini saya mendapatkan Formulir Registrasi Wajib Pajak (FRWP) dan Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS). FRWP dan SKTS langsung saya cetak, dan nantinya diserahkan ke Kantor Pajak beserta persyaratan lain.
Hari Kamis (26/6) saya bersiap-siap untuk berangkat ke Kantor Pajak. Saya cek lagi berkas-berkas yang saya bawa antara lain :
- Formulir Registrasi Wajib Pajak
- Surat Keterangan Terdaftar Sementara
- Fotocopy KTP
- Fotocopy KSK
- Surat Keterangan Gaji
Kelima berkas tersebut saya masukkan ke dalam map, dan saya langsung berangkat ke Kantor Pajak. Alamat Kantor Pajak sudah tertera pada SKTS, yakni tertulis Jl. Rajawali No. 18-20 PO. BOX 1494 Surabaya.
Sesampainya di Jl. Rajawali, saya agak kebingungan karena alamat yang saya cari tak ubahnya seperti bangunan yang tidak terawat. Saya agak ragu apakah bangunan itu Kantor Pajak atau bukan.
Untuk memastikan kebenarannya, saya bertanya kepada tukang becak yang tengah duduk di atas becaknya menunggu penumpang. “Pak, Kantor Pajak itu mana?”, tanya saya sambil menunduk. “Di sini nggak ada Kantor Pajak. Yang ada di Jl. Indrapura,” katanya dengan logat bahasa Madura. “Tapi, yang tertulis di surat kok di Jl. Rajawali, Pak?”, tanya saya yang semakin tidak mengerti. “Iya, dulunya memang ngontrak di sini, tapi sekarang sudah pindah di Jl. Indrapura,” jelasnya. “Oo…, kalau begitu terima kasih, Pak?”, kata saya sambil tersenyum. Pikir saya, berarti alamat yang tertulis di sini salah dong.
Saat itu juga saya langsung meluncur ke Jl. Indrapura. Saya naik motor pelan-pelan sambil menoleh kiri-kanan dengan harapan Kantor Pajak yang dicari tidak terlewatkan.
Ternyata benar yang dikatakan bapak tukang becak tadi, tidak beberapa lama, sampailah saya di halaman depan Kantor Pajak. Sepeda motor diparkir, saya bergegas menuju kantor. Setelah mengisi buku tamu, saya diantar ke bagian pelayanan, dan disuruh menunggu di sana.
Tidak seberapa lama, datanglah seorang petugas menghampiri saya dan menanyakan tentang keperluan saya. “Saya mau mengurus NPWP Pribadi, Pak,” kata saya seraya menyerahkan map. Kemudian petugas itu kembali ke ruangannya sambil membawa map yang berisi berkas-berkas tadi.
Setelah ditunggu beberapa menit, petugas tadi keluar dan menghampiri saya lagi. “Maaf, Pak. Registrasinya belum bisa divalidasi sekarang, karena Bapak yang bertugas memvalidasi, sekarang sedang cuti karena ada familinya yang menikah,” kata petugas tadi. “Karena hanya beliaulah yang tahu passwordnya,” sambungnya. “Kalau begitu, kira-kira kapan registrasi saya bisa divalidasi?” tanya saya. “Empat atau lima hari lagi, coba Bapak datang ke sini lagi,” begitu kata petugas.
Akhirnya saya pun pulang dengan tangan hampa. Teriknya matahari di siang itu seakan menambah kekecewaan saya.
Hari Selasa (1/7) pagi saya pergi lagi ke Kantor Pajak. Seperti saat datang pertama kali, saya pun diterima oleh seorang petugas yang dulu melayani saya. Seperti biasa, saya ditanya keperluan saya dan bla… bla… bla. Kemudian petugas tadi masuk ke ruang kantornya, dan beberapa menit kemudian keluar sambil membawa selembar kertas.
“Pak, surat keterangannya sudah jadi, tapi Bapak yang menandatangani surat ini tidak ada. Beliau sedang keluar kantor dan akan kembali kira-kira siang nanti”, katanya seraya menunjukkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) kepada saya.
Daripada saya harus menunggu tanpa tahu kepastiannya, akhirnya saya pun lebih memilih pulang dengan tangan hampa untuk yang kedua kali.
Hari Kamis (3/7) saya datang kembali ke Kantor Pajak untuk melanjutkan pengurusan NPWP. SKT kini sudah ditandatangani dan sudah distempel, tapi kartunya belum dibuatkan. Kata seorang petugas, Kartu belum bisa dibuat karena data saya masih berada di server pusat yaitu di Jakarta dan belum dikirim ke server lokal yang ada di Surabaya.
Akhirnya saya pulang hanya membawa SKT, tanpa membawa kartu. Beberapa hari kemudian saya tidak bisa memikirkan NPWP lagi karena sedang ziarah walisongo. Kartu yang di dalamnya berisi NPWP, nama, dan alamat ini baru saya terima hari Senin (21/7).
Saya menyimpulkan bahwa ternyata mengurus NPWP itu cukup payah, jauh terhadap dugaan saya yang mengira bahwa mengurus NPWP itu hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Harus rela datang berkali-kali ke Kantor Pajak demi mendapatkan SKT dan kartu.
huehehe… konsep sieh selalu bagus, tapi implementasi dan implementator di jajaran bawah yang bikin ribet dan mengecewakan.
wahh untung mas saya enggalk pernah ngurus gituan 😀
pajak emank rumit
bisa jadi acuan buat besok kalo mo bikin npwp
Sy jg blm punya npwp pribadi. Kmrn-2 ktnya sekalian diurusin kantor, tp kok g ada kabar ya sampe sekarang?
Males jg klo hrs ngurus sendiri, stlh baca pengalaman pak edi ini… hmm :S
wah… saya sudah dapat surat peringatan ke rumah pak
Sebenarnya sistem e-Register pajak bagus. Tapi yang saya tangkap adalah pengawai kantor pajak setempat saja yg mempersulit. Karena gak bisa pungli lagi, makanya kesannya ribet. ( kalo mau cepat duit dulu 😀 )
indonesia banget…
he…he… susah ya om… gimana klo ikuti tip gw aja… “angkat telpon, trus…tat..tit…tut.. hallo pak andi? sibuk gak nih… bisa ke kantor gw gak… gw mo bikin npwp.. wokke….glotak…glotak (upz…hpnya jatuh…) tinggal nunggu didepan teras ntr sore…paling dah dianter” he…he…wekekekek
*kaburrrr*
ya gitu lah indonesia…. penuh dengan kejutan.
Ooo gitu, baru tahu pak
wah, bisa jadi pengalaman tuh pak buat yang muda muda sepertiku saat mau ngurus pajak….
FYI nih pak..
saiah juga dah punya NPWP hihi..
TIPS dari yang saya tau..
1. Ngurus NPWP jangan hari jumat
2. Jangan ngurus NPWP antara tanggal 18 – 20an,soalnya orang pajak sibuk yang ngurus yang lapor sama yang bayar pajak.
kalo saya waktu itu ngasih hari jumat, dan jadinya hari senen, tapi ada temen yang jadinya 1 hari. cuma bawa surat keterangan dari kantor :D.
bentuk kartu NPWPnya juga macem2 pak, ada yang seperti ATM dan ada juga yang dari kertas (tergantung dari KPP), hihi
apa kata dunia…
bukan mengurus NPWP nya yang payah pak. seharusnya proses itu selesai dalam 1 jam saja. tapi karena mentalitas pejabat yang korup, kinerja buruk yang sudah melembaga dan tersistem, jadinya proses tersebut jadi lamaaaaaaaaaaaaaaaaa
lupa2 inget, dulu waktu ngurus NPWP kayaknya nggak begitu ruwet dan cepet, nggak tahu kalau sekarang ya.
kalau itu terjadi di sini , berbelit2 dan menunggu lama, sudah dituntut itu pegawai2nya, soalnya mereka dibayar oleh pajak yg dibayar sangat tinggi oleh penduduk sini
saya paling alergi kalau harus berurusan dg birokrasi yang rumit dan berbelit-belit, pak edi. mending disuruh minum kopi hangat saja, hehehehe 😆 kayaknya ungkapan: “kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah” itu ada benarnya, pak.
Apa kata dunia…klo nggak mau bayar pajak!!!
he….11x
betul mas, susahnya minta ampun apalagi untuk pribadi yg non PNS/bisnis, pengalaman kemaren kredit dibawah 100 juta ga perlu pake NPWP
setuju ma det, para pejabat sekarang super korup…. perkara kecil jadi besar, perkara besar diperpanjang….
kalo mo gampang pake duit, gak mau ya udah, nunggu sampe jenggoten juga gak tentu selesai…..
ada kejadian lucu saat saya hendak membayar pajak kantor,
di kantor pajak daerah Jagir,si’petugasnya itu salah menulis angka nominal pembayaran.hmmmm…..
gimana ini coba.
wah besok kalo bikin npwp gak makin mbulet….amin
wah besok kalo bikin npwp moga-moga gak sulit yang cepat tapi bener….amin
wah kl itu sih bukan krn prosedure pak yg bikin sulit, tp krn petugas pajak nya yg lagi ada acara A B C D. Ideal nya sih di dalam sbuah instansi pemerintah sperti itu harus ada “2nd people” untuk menggantikan perkerjaan dari org pertama tadi pak. Tapi, smoga gk terjadi lagi lah pak 🙂
susah bgt tuh… mungkin karena indonesia pak. makanya suka dibikin ribet…. hehehe
wagh…saya blm punya NPWP mas edy 😉
Saya ngurusnya tiga tahun yang lalu gampang kok pak lewat e-registrasi, nggak perlu pakai STKS-STKSan segala, NPWP (lewat secarik kertas kecil berwarna kuning dan juga lembar lampiran/keterangannya) beberapa hari kemudian bahkan dikirim ke rumah.
Kok saya gampang ya….di Jakarta ada beberapa KPP Pajak, sudah ada counternya, yang datang ambil kartu, duduk menunggu dipanggil…terus nanti dicatat keperluannya apa. Kemudian diberikan tanda terima….karena file tadi akan disampaikan pada yang berhak menangani. Nanti setelah ada putusan, balik lagi ke counter…jadi memang built in controlnya seperti itu.
Memang kita juga harus memahami, bahwa penandatangan tak selalu ada ditempat, kadang dia harus pergi meninjau klien diluar, ada meeting dsb nya. Dan dia juga perlu meneliti apakah semua dokumen telah lengkap…jika lengkap, maka sebetulnya urusan cepat selesai. Dan biasanya petugas counter meminta no hp kita agar bisa dihubungi kalau ada kekurangan dokumen yang diperlukan. Nanti petugas akan menilpon jika NPWP sudah keluar. Selama ini, saya hanya meninggalkan file di counter, ada tanda terima dan tunggu panggilan telepon…setelah ditelepon, baru deh ke kantor pajak.
Bukankah kita sendiri juga tak selalu ada ditempat? Biasanya kita selalu menganggap urusan kita amat penting dan penginnya langsung jadi, padahal memang ada prosedurnya….jadi ya harus sabar.
kalau ternyata sesulit itu ngurusnya, beda dengan iklan yang di tv dong mas, apa kata dunia….
Wah, ada yang beli rumah baru nih. Kapan syukuran, Boss?
biasa budaya birokrasi Indonesia, kalau bisa dipersulit buat apa dipermudah…?
klp saya mah kagak kaget
dah biasa
whehhehe
hi hi hi…
kalo di perusahaan saya, ndak perlu ngurus NPWP…
karena udah otomatis potong gaji!
Salam
ya namanya juga orba ada yang susah ada yang gampang
inga-inga Indonesia negara Uang
salam kenal 😡
kenapa gak telpon dulu pak..
karena segala macam surat kan perlu tanda terima.. sekalian mintain nomor telpon nya.
namanya juga birokasi complex…
“mau bikin usaha!
harus lewat sini, lewat sana! meja sini, meja sana!
sogok sini, sogok sana! izin sini, izin sana!
complex…
birokrasi komplek….. “(birokrasi complex – slank)
salam kenal mas, blog walking nih, sambil numpang baca2, oh ya kunjungi blogQ juga dong, dan tolong kasih komen, satu lagi, boleh tukeran link ga’ kalau boleh, langsung direview di blogq ya, di http://tpers04.co.cc, makasih, mohon kunjungannya.
hemmm…
membayangkan ceritanya aja udah cape, apalagi ngurusnya ntar yah 😀 belum lagi bayar pajaknya 😀 – lha kaya gini ini mungkin yang bikin orang males bayar pajak, coba petugasnya lebih professional :-p
yah… pak, saya jadi bingung…. kan saya belum punya penghasilan sendiri…. jadi, saya bekum wajib NPWP…. yakan pak????
kayaknya ini juga salah satu yang menyebabkan banyak yang tidak taat bayar pajak…
hmmmmm…
yang mudah selalu dipersulit…
apa kata duuunia
wah ribet bgt…
untung masih lum masuk hitungan 🙂
kadang memang seperti ini
moga kelak pelayanannya lebih baik 🙂
untungnya apa ya pak punya NPWP selain bisa jadi syarat untuk ngurus KPR?
terkadang hal yang mudah sering dibuat “sulit” oleh oknum tertentu….
Saya punya NPWP tapi rasanya gak pernah digunakan … emang buat apa sih harus punya NPWP bang?
katanya udah gampang sekarang, tapi kok masih susah??
berarti yang diiklanin boong semua. Trus, “APA KATA DUNIA?”
jalan jalan siang cari angin segar …
saya lom punya neh npwp
apa kata dunia ….
wah belom pernah ngurus gituan,,btw makasih postingannya Pak,,jadi tau 🙂
kalo bisa disusahin ngapain dimudahin…
😀
tapi di iklan kok katanya gampang to pak??
yang bener yang mana nih??? 😛
Waduh padahal ada customer saya yan gmo urus tuh NPWP,
wah bisa-bisa ndak jadi beli apartemen nih dianya kalo mbulet begini.
salam
Ih kok ribet juga yak, hmm mesti mikir-mikir lagi klo ngurusin begitu, mending sih ribet juga klo service and birokratnya welcome, klo engga duh makin ribet deh 🙂
Apa kata dunia!!!
Hehe, registrasi onlinenya error terus tuh… berkali2 nyoba ga bisa2, apa karna saya rada gaptek ya…
Lebih cepet tu kalo dari kantor yang daftarin secara kolektif, yg repot HR-nya musti ngumpulin data2nya, karyawannya mah enak tinggal terima jadi. *curhat* lol
wah.. dirken pajak harus banyak berbenah, masa ada alasan data di server pusat blm ada di server local surabaya? sama aja itu kembali kejaman gak ada internet, semua yang ONLINE itu seharusnya realtime..
mgkn karena itu pak banyak masyarakat yang ogah2an mengurus NPWP
Waduh.. ternyata susah bener ya.
Kalo gitu iklan pajak yang katanya sekarang gampang itu bohong ya.
Pemerintah emang aneh. Mo dikasih duit koq malah dipersulit.
Kalo enratna ngomong gampang, ya mungkin itu di Jakarta. Kalo dipusat kan petugasnya banyak. Kalo di daerah dikit 🙁
Terlalu sadis caramu..
uo..
*afgan..nistan*
ada nggak ya di gugel “ngurus en pe we pe on lain”???
Mau mbayar pajak ajah dipersulit, gilirannya ndak mbayar pajak, malah kitanya nyang diuber-uber….
😆
Idii amit amit ya… heran memang, mengapa ya administrasi selalu dibuat ruwet. Masak urusan “administrasi negara”harus nunggu petugas yg lagi ngurusin pengantin, apa gak bisa didelegasikan agar gak menghambat aktivitas lainnya
Weleh..indonesia perlu terus di benahi tuh…
kenapa nggak di kasih uang pelicin mas,,,pasti cepat siapnya
Hati2 kasih uang pelicin nttar ketangkap KPK
Go SATGAS
ADa semboyan dari para pejabat pemerintah “kalo tidak korupsi……….apa kata dunia”???
hahaha.. itulah orang yang makan uang pajak kita, padahal gaji mereka bisa nyampe 10-30 juta hanya sekelas staf juru ketik doang. beeehhh j**c*k, terkutuklah, ane doain tiap hari gaji mereka ga berkah ampe bener-bener amanah…
Sy baru saja ngurus NPWP di kab. Malang, katanya harus ada Surat Ketrangan Usaha, pdhl ini mau buat NPWP pribadi, tetap saja disuruh minta SKU dr kelurahan. Usahanya saja belum jadi, kok sudah minta keterangan usaha? Upaya pemerintah mndorong kewirausahaan masih omongkosong, msh bnyk preman, pungli, dan birokrasi yg berbelit. Salam
sama mas ancismo, saya juga nih di kota Banjarmasin, mau bikin NPWP pribadi diminta SKU kelurahan/keterangan kerja, padahal buat jual beli rumah. Mau bayar pajak aja susah, ya mending gak usah pakai pajak-pajakan segala kale